Rudini Sirat

Saha Maneh Saha

Foto saya
Bandung, Jawa Barat, Indonesia
Nomor kontak saya 085721653609. info lengkapnya di http://www.facebook.com/rud.tankian/info

Jumat, 20 September 2013

Hak Remaja Sekolah Memahami Kespro

Saat pelantikan Wali Kota dan Wakil Wali Kota Bandung, Ridwan Kamil-Oded M. Danial di Balai Kota pada 16 September 2013, Perkumpulan Keluarga Berencana Indonesia (PKBI) Jawa Barat lewat Mitra Citra Remaja (MCR) Bandung kembali menyampaikan usulannya kepada Ridwan Kamil tentang pentingnya materi Kesehatan Reproduksi (Kespro) yang harus masuk dalam kurikulum sekolah. Mengapa MCR menyampaikan hal itu kepada Wali Kota Bandung?

Jumat, 22 Juni 2012

Green Economy dan Animisme-Dinamisme


Bumi semakin memanas, hutan semakin gundul, air bersih sulit diperoleh, kekayaan laut banyak dikuras, sungai-sungai serta serapan air sudah diracuni dengan limbah pabrik, udara sudah tak bersih lagi, sumber energi sudah semakin langka. Intinya bumi tak sehijau dulu lagi. Semuanya karena ulah manusia kapitalis yang amat serakah itu. Ujung-ujungnya menimbulkan kerusakan lingkungan, konflik sosial dan terjadinya ketimpangan ekonomi. Yang disalahkan justru semua individu yang merasa dirinya manusia. Sementara manusia-manusia yang telah meraup keuntungan dari alam, dan membiarkan alam rusak malah cengengesan.

Rabu, 20 Juni 2012

Orang China Membangun Kota

Beberapa Minggu lalu, saya menerima tugas untuk mengantarkan barang seberat dua ton lebih ke kota Tanjungpinang, Kepulauan Riau, melalui kapal besar milik Pelni. Sesampai di Pelabuhan Kijang Kabupaten Bintan, saya memesan truk untuk mengantarkan barang tersebut ke Dinas Pariwisata Kota Tanjungpinang. Saya pun sedikit bertanya-tanya tentang Tanjungpinang dan daerah Kepulauan Riau lainnya kepada sopir truk hingga banyak cerita yang diungkapkan sopir tersebut. Sopir truk itu mengatakan, bahwa populasi terbesar kota Tanjungpinang adalah orang China, tentunya tak tahu berapa persennya. Yang jelas, orang China menguasai perekonomian di kota Tanjungpinang.

Selasa, 12 Juni 2012

Mr. Bean Bukan Hanya Rowan Atkinson?



Sebagian penonton merasa tertipu setelah menonton film Mr. Bean Kesurupan Depe garapan KK Dheeraj yang diperankan oleh Dewi Persik dan Mr. Bean. Masyarakat merasa dibohongi oleh KK Dheeraj. Ujung-ujungnya produser film yang berasal dari India ini dituduh telah melakukan kebohongan publik. Masyarakat mengira, yang dimaksud Mr. Bean dalam film tersebut adalah Rowan Atkinson, tokoh yang sudah melekat sebagai Mr. Bean dalam film-film serta serial TV. KK Dheeraj tak sedikitpun melibatkan Rowan Atkinson yang berasal dari Inggris ini dalam pembuatan film tersebut.

Jumat, 01 Juni 2012

115 Tahun Tan Malaka


Penguasaan dan Pemerataan Ekonomi

Tanggal 2 Juni 1897, di Suliki Sumatera Barat, seorang bayi mungil lahir dari kandungan seorang ibu bernama Sinar Sinabur. Terlahir dengan nama Ibrahim. Beranjak dewasa beroleh gelar Datuk Tan Malaka. Kemudian dikenal dengan nama Tan Malaka. 2 Juni 2012 ini telah memasuki 115 tahun hari kelahirannya.

Banyak karya dari buah pikirannya yang orisinal tentang Indonesia. Satu karya besar berjudul Madilog menjadi rujukan para pengikut Tan Malaka. Karya besar ini memperlihatkan keorisinal pemikiran Tan Malaka untuk membentuk manusia-manusia Indonesia. Sayangnya, pemikiran serta gerakannya terkucilkan. Dia adalah ”Bapak Republik yang Terlupakan”.

Senin, 28 Mei 2012

Sinisme terhadap Bahasa Indonesia


tampak siswa pusing mengisi soal unas.
sumber gambar: jpnn.com
Dimasukannya mata pelajaran Bahasa Indonesia pada setiap jenjang pendidikan bertujuan untuk menjaga keutuhan bahasa nasional. Diharapkan generasi bangsa dapat menggunakan bahasa Indonesia dengan baik dan benar secara lisan maupun tulisan. Tak sampai di sini, pelajaran Bahasa Indonesia dimasukan ke dalam Ujian Nasional (Unas). Sayangnya, pengajaran bahasa kita sendiri sering gagal. Nampak dari minat siswa amat minim serta nilai yang diperoleh siswa rendah pada berbagai jenjang sekolah.

Minggu, 27 Mei 2012

Seakan Dunia Membencinya

Ditulis di Bandung pada 17 Oktober 2009
Ilustrasi.
“Bencana itu jahat,” kata bocah laki-laki berumur 7 tahun itu saat duduk sendiri. Seakan dia berdialog dengan seseorang, atau mungkin dia ingin berdialog dengan Tuhannya. Tapi apakah bocah seumur itu sudah mengenal dengan penuh keyakinan, siapa Tuhannya. Kalau dia sudah mengenal, kenapa Tuhan tidak memberikan pertolongan. Ibu-bapaknya tidak bisa dibangunkan lagi setelah bencana tsunami.

Bertarung di Atas Panggung Sandiwara

Ditulis di Bandung pada 20 Oktober 2009
Ilustrasi.
Hari mulai senja, suara azan Maghrib berkumandang. Namun, Darmin belum jua melangkahkan kakinya beranjak dari sofa. Tidak seperti biasanya memang sore itu. Matanya masih memandangi dinding-dinding rumahnya. Keningnya tampak berkerut, bibirnya menyungging ke atas. Sekali-kali dia menundukan kepala, lalu meluruskan mukanya ke depan.

Segelas air dingin dari tadi tak disentuhnya. Dia terus menghisap rokok dan rokok. Oh, sudah berapa batangkah dia habiskan? Asbak yang tadinya kosong, nampak penuh dengan puntung rokok. 

Pemda Cicipi Duit Kost

Kost dan kontrakan kena pajak 10-15%.
Ada dua hal yang tak dapat dihindari: kematian dan pajak. Bahasan paling menarik adalah pajak. Alasannya, pajak berurusan dengan manusia (penguasa), sementara kematian urusannya dengan Tuhan. Manusia sudah diikat dengan pajak, kemana pun ia pergi. Tak kenal ruang dan waktu. Sifatnya wajib dan memaksa. Pihak yang menanggung pajak adalah end user, baik langsung maupun tidak. Meski tak memiliki NPWP, tetap saja end user yang menanggungnya—pengusaha mengalihkannya ke konsumen (end user).

Sabtu, 26 Mei 2012

Hingar Bingar Pencapresan


Karikatur dari Jawa Pos.
Pemilu Calon Presiden (Capres) dua tahun lagi. Wacananya sudah dibicarakan gini hari. Banyak politisi cukup getol menyuarakan Capres 2014. Masing-masing partai mulai mencari capres untuk dijagokan pada pertarungan merebut kursi presiden mendatang. Bagi Jusuf Kalla, terlalu dini berbicara capres. Tapi bagi yang lain, capres mesti dipersiapkan sedari sekarang meski agak malu-malu mengatakannya.

Sayangnya yang dijagokan dan disuarakan kebanyakan tokoh kadaluwarsa, kurang berkharisma dan tak mumpuni. Mereka hanya mengandalkan popularitas yang bertumpu pada pasar politik. Ya, apa yang disebut oleh Dekan Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia Firmanzah sebagai strategi marketing politik dalam bukunya berjudul Marketing Politik itu.