Manusia Indonesia di era modern ini sering kali dirasuki dengan rasa was-was, khawatir serta cemas. Mereka selalu takut. Dalam kondisi apa pun. Apalagi di saat mengalami krisis, rasa takut itu semakin mencekam. Tak hanya bahasa perasaannya yang menunjukkan ketakutan, tapi sekujur tubuhnya selalu nampak mengisyaratkan dirinya takut. Pada akhirnya dia hanya mengeluh. “kalau begini, takutnya nanti begitu.” Semuanya menjadi serba kalau dan jika.
Rasa takut seperti ini selalu muncul saat dirinya tidak siap dalam menghadapi efek dari faktor kemunculan rasa takut itu. Saya hanya ingin menggambarkan hal tersebut dalam menghadapi kehadiran pendatang baru. Rasa takut tidak akan membuat dirinya berkembang. Rasa takut akan selalu bertele-tele dalam memberikan alasan dan penjelasan. Tidak berani mengambil keputusan karena tak punya sikap. Dia sangat takut dengan risiko buruk yang bisa membuat dirinya hancur berantakan.
Ketika China masuk dalam kebijakan free trade area ASEAN, masyarakat Indonesia takut. Takut jika produk China masuk dengan bebas dengan biaya nol, maka industri dalam negeri hancur karena kalah bersaing. Indonesia takut karena dirinya belum siap. Lalu kapan bisa siap? Saya pikir selamanya tidak akan siap. Jika seperti itu, berarti pemerintah tidak takut dong? Bagi saya, pemerintah lebih takut lagi dibandingkan dengan rakyat Indonesia. Takut karena Indonesia tidak memiliki positioning di hadapan China.
Saya teringat dengan apa yang pernah disampaikan seorang sastrawan kawakan sekaligus juga senior saya bernama Agus R. Sarjono. Kata dia, pendekar itu tidak pernah mengkhawatirkan serangan dari musuh karena dari manapun arah serangan itu datang, dia bisa dengan mudah menangkisnya. Tangan selalu siap mencabut pedang yang ada di pingganya. Bahkan, dengan tangan kosong pun seorang pendekar selalu sigap menangkis serangan, dan menghantamkan pukulan ke arah lawan.
Jika ada pendatang baru, selalu ada rasa takut. Takut pendatang baru itu menjadi pesaing anda. Pesaing tidak hanya sejenis , yang tidak sejenis pun bisa dianggap pesaing. Seorang pakar strategi bersaing Michael Porter memetakan lima ancaman dalam persaingan, dua di antaranya adalah substitusi dan pendatang baru. Yang bukan sejenis itulah bisa masuk kategori substitusi. Anda selalu berharap tidak akan muncul pendatang baru setelah anda hadir karena pendatang baru selalu membuat was-was dan cemas. Takut dia menyalip anda, takut menggeser anda, bahkan takut mematikan eksistensi anda. anda selalu berharap dan berdoa, “Mudah-mudahan tidak ada lagi yang lahir, yang sejenis dengan saya setelah saya ada.”
Jika anda memiliki keunggulan. Jika anda memiliki positioning. Jika anda masih bisa mengeluarkan produk atau karya yang bagus. Jika anda masih berkembang. Jika anda masih diharapkan oleh klien, konsumen, penggemar, dan masyarakat. Lalu, kenapa harus takut dengan pendatang baru? Rasa takut hanya sebuah ilusi. Kehebatan pendatang baru hanya sebuah ilusi. Jadi, apa yang membuat anda takut dengan pendatang baru?
Anda takut dengan pendatang baru karena anda tidak unggul. Anda takut dengan pendatang baru karena anda tidak punya positioning. Anda takut dengan pendatang baru karena anda tidak berkembang. Anda takut dengan pendatang baru karena klien, konsumen, penggemar, dan masyarakat tidak mengenal anda dengan baik. Anda takut dengan pendatang baru karena anda tidak bisa memasarkan diri dan produk anda sendiri. Mereka hanya tahu nama anda saja, itupun hanya sekilas. Mungkin saja beberapa hari kemudian lupa dengan nama dan diri anda.
Sekarang, tidak ada yang bisa menghentikan kehadiran pendatang baru. Tidak ada pula yang melarang kehadiran mereka. Anda pun tidak bisa meminta mereka kembali ke habitatnya. Jika mereka akan hadir, itu hak mereka. Mereka juga ingin hidup. Jadi, musuh dan pesaing anda bukanlah pendatang baru, tapi rasa takut.
Berbagi Kisah, Informasi dan Foto
BalasHapusTentang Indahnya INDONESIA
www.jel;ajah-nesia.blogspot.com
benar sekarang zaman globalisasi yg prlu dtkuti adalah jgn smpai klah bersaing :)
BalasHapusiya , karena banyak orang yang masih takut gagal. padahal kegagalan adalah awal dari keberhasilan...
BalasHapuskunjungi jg ya, saya juga suka sosial...
http://karimalamin.blogspot.com/