Dilarang curhat di ruang publik. Jangan pula membuka aib dan kelemahan Anda kepada siapapun. Cukup penasihatmu saja yang tahu.
Saha Maneh Saha
- Rudini Sirat
- Bandung, Jawa Barat, Indonesia
- Nomor kontak saya 085721653609. info lengkapnya di http://www.facebook.com/rud.tankian/info
Selasa, 03 April 2012
SBY Ingin Dimengerti
Sang Presiden Republik Indonesia. Namanya Susilo Bambang Yudhoyono (SBY). Sebutannya adalah Sang Pengeluh. Dia sering kali menyampaikan keluh kesahnya di hadapan publik. SBY ingin dimengerti oleh rakyat. Keluh kesah itu kerap kali disampaikan pada saat-saat pidato kepresidenan atau juga dalam pertemuan-pertemuan tertentu. Tak hanya di negerinya sendiri, saat kunjungan ke China beberapa waktu lalu, SBY berkeluh kesah ke beberapa petinggi pejabat China tentang kinerja kabinetnya. SBY merasa selama ini para menterinya tidak melaksanakan semua instruksinya. Sang Presiden sudah menurunkan harga diri di hadapan China. Sungguh memalukan karena ulah SBY yang cengeng.
SBY kembali mengeluh dengan bercurhat ria. Dia ingin dimengerti lagi oleh rakyat terkait kebijakan kenaikan harga BBM. SBY pusing. Rasionalisasi dan alasan menaikan harga BBM kembali diulangi lagi karena publik tidak mau juga mengertikan SBY. Para menterinya tidak mau membantu, tak mau mendengar. SBY hanya ingin dimengerti, SBY hanya ingin didengar, SBY hanya ingin menangis. Tetapi, kenapa para menterinya tak ikut-ikutan menangis, kenapa para menterinya tak juga mengurangi beban sang majikan.
Ditambah lagi dengan kelakuan Partai Keadilan Sejahtera (PKS) yang semakin membuat Partai Demokrat naik darah. Demokrat meminta SBY mendesak para menteri yang berasal dari PKS karena PKS dianggap oleh Demokrat tidak sejalan lagi dengan pemerintah. Jika SBY berkeluh kesah lagi karena PKS, Demokrat lah yang kali ini harus menjadi keluh kesahnya SBY. Demokrat juga ternyata tak mau mengerti SBY. Apakah Demokrat tak tahu, bahwa Pak SBY lagi galau, lagi jangar.
SBY tak berdaya. Jika SBY tak berdaya, pemerintah sudah tidak punya nyali dan power lagi, baik di hadapan rakyat sendiri maupun di hadapan dunia interansional. Wajar saja jika beberapa waktu lalu SBY galau dengan ‘ancaman’ penggulingan dari kelompok tertentu. Seharusnya SBY berdiri dari kursi kepresidenan untuk istirahat di rumah selama-lamanya bila tak mau ambil pusing lagi. SBY ingin sekali melakukan hal seperti itu, tapi apa kata dunia nantinya. Tanggung, dua tahun lagi. SBY harus menunggu 2014 untuk melepas penderitaannya.
Indonesia, negeri dengan lautan membentang luas memiliki kekayaan yang ada di dalamnya tak membuat SBY gembira. Indonesia dengan kekayaan sumber alamnya bukan membuat SBY girang. Indonesia yang di dalamnya berkerumun para koruptor tak menjadikannya sebagai kesempatan untuk memperkaya diri. SBY tak bisa berbuat banyak kecuali mengeluh dan galau. Semua ini karena SBY ingin dimengerti, betapa tugas seorang presiden itu sangat berat. SBY menyesal dulu pernah mengatakan akan memimpin sendiri pemberatasan korupsi. Nyata-nyatanya dia malah membentuk Satgas.
Peran SBY sebagai presiden selama ini, baru satu tetes keringat. SBY belum melaksanakan tugas yang sebenarnya. Yakni mengembalikan kedaulatan rakyat sebagai semangat dari demokrasi, dan belum menerapkan konstitusi UUD 1945 pasal 33 tentang kesjahteraan sosial. Itu tugasnya yang tak pernah terpikirkan oleh SBY. Kali ini, SBY ingin dimengerti, tidak mudah melaksanakan hal itu.
Jangankan melakukan hal tersebut, mengurus kabinetnya saja harus membuat SBY galau dan mengeluh dulu, apalagi mengurus bumi dan laut Indonesia. “Mudah-mudahan saya besok bisa mengembalikan kekayaan alam Indonesia yang selama ini dirampas para perampok asing, lalu saya serahkan kepada rakyat untuk dikelola, dan lautan akan saya jadikan sumber pendapatan negara demi kesejahteraan rakyat. Semoga, dengan cara seperti ini, rakyat tak demo lagi karena BBM tak jadi saya naikkan. Ya Tuhan, kuatkan saya, lepaskan rakyat Indonesia dari kepentingan asing.” Itulah doa SBY yang tak pernah terucapkan.
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar