Rudini Sirat

Saha Maneh Saha

Foto saya
Bandung, Jawa Barat, Indonesia
Nomor kontak saya 085721653609. info lengkapnya di http://www.facebook.com/rud.tankian/info

Sabtu, 07 April 2012

Politisi juga Mafia?

Adakah persamanaan antara mafioso dengan politisi? Jawaban dari saya, banyak. Bahkan kehidupan keduanya tak terpisahkan. Mereka satu perguruan dan memegang teguh satu ajaran suci, yakni Omerta. Omerta digambarkan oleh seorang jurnalis kawakan dari Amerika Serikat bernama Mario Fuzo dalam buku fiksinya berjudul Omerta. Ini bukan dongeng belaka, tapi suatu kisah yang diambil dari kehidupan organisasi mafia yang tumbuh di Sisilia Italia, dan "disebarluaskan" di Amerika Serikat oleh para imigran Italia. Mereka mengendalikan kota-kota besar di Amerika dengan menjalankan berbagai bisnis, baik legal maupun illegal. Omerta adalah ajaran tutup mulut, tak boleh membocorkan rahasia organisasinya kepada siapa pun. Ajaran ini tak boleh dilanggar. Jika dilanggar, matilah dia. Seolah-olah itu nampak suatu kecelakaan, bukan hukuman.

Omerta berlaku pula pada organisasi politik semacam Partai Politik (Parpol). Para anggotanya didoktrin tentang ajaran Parpol dan tidak boleh membuka aib Parpol. Para politisi tidak boleh berbicara sembarangan, mereka diajarkan bagaimana bersandiwara di hadapan publik. Cara berbicara, memandang, gerakan tangan dan tubuh diatur supaya mempeoleh citra di hadapan publik. Dalam persoalan yang menyangkut rakyat, Parpol mengajarkan pada anggotanya bagaimana menyikapinya supaya memperoleh dukungan dan simpati dari rakyat. Politisi diajarkan untuk bisa bermuka dua, bahkan lebih. Pada situasi tertentu, mereka harus menjadi oposan dan mitra koalisi.

Mafioso dan politisi sering kali mengaku-ngaku Niccolo Machiavelli (1469–1527) adalah gurunya. Tetapi, Machiavelli tak pernah mengakuinya sebagai murid karena sebenarnya Ia tak pernah mengajarkan kepicikan. Dia hanya menggambarkan situasi politik di Napoli Italia pada masa itu dengan situasi politik sebelumnya. Hanya saja, para politisi tak mengaku-ngakuinya secara terang-terangan. Berbeda dengan para mafioso dengan bangganya menyatakan kepada siapa saja bahwa Machiavelli adalah guru mereka. Mafioso dan politisi, mereka menggunakan strategi dan taktik secara picik untuk menyerang dan mengenyahkan lawannya.

Mereka saling mengisi dan saling membutuhkan. Kadang mereka juga saling bersinggungan jika terdapat kepentingan yang bentrok. Politisi butuh uang demi kursi di pemerintahan, sementara mafioso butuh perlindungan hukum demi melegalkan usahanya. Pernah menonton film Godfather 2 yang dibintangi oleh Al Pacino? Al Pacino yang memerankan Michael Corleone ini adalah penerus ayahnya sebagai Godfather. Dia mengendalikan dua hotel besar di Las Vegas. Las Vegas, wilayah gurun pasir ternyata lumbung duit. Kota ini dikenal dengan kasinonya, tentu hotel tersebut bisa besar karena terdapat bisnis kasino yang ia kendalikan.

Di kota Nevada juga, Keluarga Corleone ingin membuka bisnis perjudian. Hanya saja dia mesti berhadapan dengan Klingsman, sementara Klingsman mendapatkan perlindungan dari seorang senator AS. Intinya, Michael Corleone meminta izin membuka perjudian dari senator tadi.  Tapi, harga surat izin yang ditawarkan senator ini jauh lebih mahal dari harga sebelumnya. Michael Corleone pun membatalkan kesepakatan tersebut. Dia berkata kepada senator AS ini, “Kita sama-sama orang munafik.” Presiden AS Johm F. Kennedy, harus kita akui, bahwa dia juga memperoleh banyak dana kampanye dari beberapa organisasi mafia.

Ada satu hal utama yang membedakan antara mafioso dengan politisi. Jika mafioso selalu mengatasnamakan diri dan keluarganya, maka politisi bekerja mengatasnamakan rakyat. Seberapa jahat bos mafia, anggota keluarga harus patuh. Sementara politisi sering kali berpura-pura membela rakyat meski mereka sebenarnya tak membelanya. Mafioso menjual komoditas yang memiliki nilai ekonomi demi uang, sedangkan politisi menjual nama rakyat demi uang. Duit adalah alat dan tujuan mafioso, sedangkan politisi menggunakan rakyat sebagai alat untuk mendapatkan duit. Tentu saja sebelum mendapatkan duit, para politisi membeli suara rakyat dengan duitnya untuk memperoleh kekuasaan terlebih dulu.

La Cosa Nostra adalah sebutan lain dari nama mafia. Istilah ini pertama kali digunakan oleh Bos mafia Salvatore Maranzano tahun 1931. Dia menyebut dirinya sebagai Il Capo dei Capi, yang artinya The Boss of Boss. La Cosa Nostra diartikan sebagai “Urusan Kami”.  Belum jelas arti sebenarnya dari nama La Cosa Nostra, yang jelas pada saat itu mafia mengurus dirinya sendiri tanpa melibatkan politisi. Bahkan, awal kemunculan mafia di Sisilia karena mereka tidak percaya dengan negara dan kehidupan politik. Mereka menganggap negara adalah kekuatan tiran yang hanya bisa menindas rakyatnya, sementara politik merupakan wilayah kotor.

Kehidupan politik lebih dulu lahir dari mafia. Awalnya mafia merupakan organisasi patriot yang selalu melindungi warga. Sama seperti Yakuza di Jepang dan Triad di China awalnya sebagai organisasi patriot. Lama kelamaan mafia menjadi organisasi kejahatan. Dalam novel fiksinya Mario Fuzo berjudul The Sisilian, digambarkan awal mula kemunculan mafia.

Karena perkembangan jaman, mafia membutuhkan kekuatan politik, tapi mereka tidak mau terjun dan terlibat dalam perpolitikan. Mafia dianggap sebagai organisasi suci, sementara politik tetap dianggap sebagai wilayah kotor. Hal ini jelas bagi mereka karena mafia hanya menjalankan bisnis semata dengan cara-cara mereka yang disebut La Cosa Nostra. Sedangkan politik hanya kedok orang-orang munafik yang ingin meraih kekayaan dengan kedudukan di pemerintahan. “Politisi membuat peraturan bukan untuk rakyat, tapi untuk kepentingan para politisi.”

Politik dan mafia merupakan dua kehidupan yang berbeda tapi memiliki cara yang sama. Mafioso dan politisi merupakan aktor yang berbeda tapi memiliki karakter yang sama. Dalam kehidupannya, mereka berusaha untuk tidak melibatkan istri mereka. Istri mafioso justru sebagai pihak yang membesarkan hati sang suami mafioso. Lihat saja di film Godfather, Vito Corleone tak pernah melibatkan istrinya dalam urusan bisnis keluarga. Istrinya pun mengerti urusan suaminya. Istri mesti setia mendampingi suami, sementara suami mesti melindungi istri dan keluarganya.

Jika istri terlibat dalam urusan atau bisnis suami, maka dia bisa celaka. Kasus politisi Partai Demokrat Nazarudin yang melibatkan istrinya dalam urusan pada proyek tertentu ternyata menjadi bencana bagi kehidupan keluarganya. Kalaupun sang istri memiliki urusan di luar urusan sang suami, itu beda lagi persoalannya. Yang jelas, urusan istri tidak boleh masuk dalam urusan bisnis suami. Kehidupan organisasi mafia dan politik akan terus seperti itu. Banyak persamaan, sedikit perbedaan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar