Kita semua dibuat terpukau oleh tindakan pemilik Jawa Pos Group dan Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Dahlan Iskan. Bagaimana tidak, di saat pelayanan jalan tol yang semrawut Dahlan langsung menggebrak dengan membanting meja dan menggratiskan pengguna jalan tol kala itu. Simpati rakyat terhadapnya pun makin bertambah. Dia dikenal dengan sosok inspiratif. Puja-puji kepadanya makin bertambah. Dahlan panen apresiasi. Di saat rencana kenaikan harga BBM, Dahlan Iskan tidak sibuk menanggapi meski dia memiliki hak karena posisinya sebagai menteri BUMN. Dia melakukan tindakan sosial dengan cara membagi-bagikan duit kepada masyarakat miskin. Baru-baru ini bersama istrinya Dahlan membagikan beras gratis kepada masyarakat kecil.
Dahlan pun nampak terlihat narsis di hadapan publik. Para demonstran ramai menolak kenaikan BBM, partai oposan dengan suara lantang turut menolak kenaikan BBM. Dahlan melalukan tindakan positif, yakni mendorong supaya Indonesia membuat mobil nasional (mobnas) dengan tenaga listrik sebagai tenaga alternatif pengganti energi berbahan fosil yang kini terus berkurang cadangannya. Perguruan tinggi dilibatkan dengan memberikan insentif dana yang tak sedikit supaya bisa membuat mobnas. Tahukah bahwa bahan baku untuk membuat mobnas itu diimpor? Ini sama saja dengan kasus mobil Timor yang dimonopoli oleh Tommy Soeharto dulu dengan propaganda nasionalisme produk.
Saya adalah salah satu pembaca blog Dahlan Iskan, meski tak intens membacanya, tapi cukup memberikan inspirasi kepada saya. Dahlan termasuk sosok yang memiliki etos kerja yang kuat, dipandang bersih, tidak silau dan ambisius dengan kedudukan, low profil, dan berempati terhadap rakyat susah. Makanya Dahlan pernah digembar-gemborkan oleh petinggi Partai Demokrat sebagai calon presiden alternatif. Hal ini karena di kalangan Demokrat sendiri tengah mengahadapi krisis pemimpin setelah dihujani dengan banyak kasus korupsi.
Dahlan dibesarkan sebagai seorang jurnalis. Dia lah yang membesarkan JPG yang sebelumnya dimiliki oleh Dirut PT Grafiti Pers (penerbit majalah Tempo). Di tangah Dahlan Jawa Pos tumbuh kuat dengan membuat harian di daerah-daerah. Sayang, di tangan Dahlan Iskan, JPG ternyata menjadi pers penjilat dan humas-nya pemerintah daerah. JPG mendapatkan suntikan dana dari pemda-pemda yang tak kecil jumlahnya. Berita-berita yang diturunkan JPG terkait dengan program dan pembangunan daerah. Tidak ada prinsip kontrol sosialnya terhadap pemda.
Dahlan juga tidak pernah melarang wartawannya menerima amplop dari para pejabat. Dari beberapa cerita kawan yang pernah di JPG, itu sudah menjadi budaya wartawan JPG. Makanya AJI pernah mempertanyakan hal itu. Para wartawan JPG pun dikenal sebagai wartawan amplop. Sebelum Dahlan menjadi Dirut PT PLN, dia seringkali menulis kolom tentang listrik dan kinerja PLN. Mungkin ini yang membuat SBY tertarik kepada sosok Dahlan. Dahlan dikenal memiliki wawasan yang luas dalam manajemen perususahaan. Gebrakan-gebrakan yang dilakukannya saat di PLN membuat sosok Dahlan menjadi selebritis, dia dikagumi dari berbagai kalangan.
Tetapi, Dahlan tidak membuat JPG menjadi media kontrol sosial. Dia hanya menjadikan JPG sebagai alat untuk membuat dirinya kaya dengan manajemennya yang profesional. Bahkan saat ini JPG menjadi humas-nya dan menjadi corong pemerintah. Munkin saja ada subsidi dari pemerintah untuk Jawa Pos. Memang, Dahlan adalah orang profesional dengan etos kerja yang tinggi. Dia berani melakukan gebrakan untuk membenahi perusahaan-perusahaan plat merah. Tapi sebagai bagian dari insan pers, dalam bahasa kasarnya Dahlan seperti preman dan penjilat (maaf bila pembaca tak berkenan dengan bahasa seperti itu).
Tidak ada komentar:
Posting Komentar