Rudini Sirat

Saha Maneh Saha

Foto saya
Bandung, Jawa Barat, Indonesia
Nomor kontak saya 085721653609. info lengkapnya di http://www.facebook.com/rud.tankian/info

Minggu, 18 Maret 2012

Apakah China Punya Musuh?


China menghasilkan banyak produk. Jika ingin meguasai pasar dunia, dengan melakukan ekspor adalah caranya. Bahkan ekspor menjadi tujuan utama China. Produk dengan berbagai jenis masuk ke berbagai negara. Dengan ekspor pertumbuhannya begitu cepat. Dalam bidang elektronik misalnya, kontribusinya terhadap produksi komputer dunia meningkat dari 4% tahun 1996 menjadi 21 % tahun 2000. begitu pula dengan komoditas lainnya.

Organisasi Perdagangan Dunia (WTO) yang beroperasi tahun 1995 di Swiss dengan tujuan untuk mewujudkan perdagangan dunia yang bebas, adil dan terbuka sudah lama mempehatikan China. Terutama Amerika yang mendominasi terhadap kebijkan WTO terlihat gusar. China masuk keanggotaan WTO semenjak 11 tahun silam, 10 November 2001 China resmi menjadi anggota WTO. Posisi Amerika terancam, diikuti pula dengan posisi Eropa dan Jepang.

Saya tidak akan membahas panjang lebar sejarah kemajuan China di abad 21 ini. Sedikit yang akan saya singgung dan menjadi pertanyaan, apa benar China punya musuh? Apakah Amerika, Eropa dan Jepang adalah musuh utama China? Kompetisi. China tengah mengejar negara-negara tersebut. Beberapa ketegangan China dengan tiga kekuatan dunia tersebut sering kali timbul dalam hubungan dagangnya. Rasa saling curiga menjadi hal yang wajar.


Saat Eropa memberlakukan hukum pembatasan dan pungutan emisi karbon pada Januari 2012, China langsung berreaksi. Pasalnya, tiap maskapai penerbangan yang masuk dan keluar Eropa mesti membayar pajak setiap emisi yang dikeluarkan dari penerbangan. Ini berlaku untuk semua negara, termasuk Amerika dan Jepang. Tapi yang sering nampak ke permukaan adalah China. Pemerintah China pun langsung menginstruksikan ke semua maskapai penerbangan China yang ada di Eropa supaya tak membayar pajak emisi. China membalasnya dengan membatalkan pembelian 10 pesawat super jumbo Airbus A 380.

Hubungan Jepang juga sering kali tidak baik, makin memanas dan menegang. Produk-produk Jepang kalah saing dengan China. Padahal Jepang lebih dulu maju dari China. China di mata Jepang baru tumbuh kemarin. Kedua negara tersebut saling berebut pengaruh di kawasan Asia Timur, bahkan Asia. Di kawasan Asia, Jepang punya Korea Selatan sebagai pendukungnya. Mereka dekat dengan Amerika. Kemungkinan Amerika menjadikan Jepang dan Korsel sebagi tamengnya di Asia. Tapi China juga punya Korea Utara untuk mengimbangi kekuatan Jepang.

Tak heran saat Amerika menempatkan pasukannya di pangkalan militer Darwin Australia, dianggap untuk menandingi kekuatan China. Jepang-Korsel khawatir dengan kekuatan China. Apalagi China saat ini tengah memperkuat kekuatan militernya. Anggaran yang disediakan untuk bidang pertahanan sangat tinggi, lebih tinggi dari Amerika dan Jepang.

China selalu membalas perbuatan lawannya. China pernah dituduh oleh Amerika telah merampok hak cipta atas produk-produk Amerika. Produk China yang membanjiri Amerika dianggap telah mematikan industri China. Mata uang Yuan China juga dicap sebagai manipulator karena telah menurunkan nila mata uang dolar AS atas Yuan. Keluarlah aturan terkait hal itu. China tentu berang dengan tindakan Amerika. Masih banyak lagi ketegangan hubungan dagang antara China dengan Amerika.

Kini, China membatasi ekspor Logam Tanah Jarang (LTJ) ke Amerika, Eropa dan Jepang. Tentu saja membuat tiga kekuatan dunia tersebut marah karena LTJ merupakan logam masa depan dunia. Berbagai produk berteknologi tinggi membutuhkan LTJ. Dan tiga negara itu menggantungkan masa depannya pada LTJ. China digugat oleh tiga negara itu ke WTO. Bagaimana tidak, China mendominasi LTJ hingga 97 persen pasokan dunia. Apakah ini perang abad 21? Beberapa pejabat Amerika mengatakan ke publik, Amerika tak pernah menganggap China sebagai musuh.

Hubungan dagang antara China dengan Indonesia juga sempat tegang. Tahun 2008, Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) menemukan 12 makanan asal China mengandung melamin. pemerintah Indonesia pun menghentikan produk tersebut beredar di Indonesia. Tentu saja ini merugikan ekonomi China. Distribusi produk tersebut terhenti. Pemerintah China melakukan langkah balasan dengan melarang produk ikan asal Indonesia masuk ke China.

Sudah dapat disimpulkan, bahwa musuh China sebenarnya adalah negara-negara yang merugikan ekonominya. Bukan Kapilisme, Islam, atau negara-negara tandingannya. Negara berideologi Sosialisme-Komunisme juga belum tentu teman akrab China. Selama negara tersebut menguntungkan ekonomi China, maka China akan terus menjalin hubungan. China tak peduli jika harus kehilangan pasar di Amerika ataupun Eropa, masih luas pasar yang tersedia di muka bumi ini. China tak ambil pusing dengan tindakan dari negara luar terhadapnya. Buka juga tulisan China tak Peduli dengan Ideologi Apapun

Tidak ada komentar:

Posting Komentar