Rudini Sirat

Saha Maneh Saha

Foto saya
Bandung, Jawa Barat, Indonesia
Nomor kontak saya 085721653609. info lengkapnya di http://www.facebook.com/rud.tankian/info

Minggu, 18 Maret 2012

China Tak Peduli Ideologi

Naga Komunis China
Republik Rakyat China (RRC), negara yang berada di bawah kekuatan Partai Komunis China (PKC) ini sudah lama mengaung. Awal terbentuknya negara tirai bambu tahun 1949 ini dianggap sebagai negara miskin, terbelakang, tertinggal, dan tak berpendidikan. Tetapi dimusuhi oleh banyak negara maju karena menutup diri dari Barat. Perbedaan ideologi yang membuat China tak mau berurusan dengan negara Barat yang kapitalistik.

China hanya mau berurusan dengan negara-negara berkembang dan sosialis. Kala itu, Indonesia yang berada di bawah rezim Soekarno menggunakan sistem pemerintahan Demokrasi Terpimpin. Indonesia menjalin hubungan mesra dengan Tiongkok. Para pemimpin Partai Komunis Indonesia juga sering kali mengunjungi negara berpaham komunis itu. Ada kedekatan yang menjadikan Indonesia begitu akrab dengan China. Kala itu China belum sehebat sekarang. China mulai melakukan reformasi dalam segala bidang setelah meninggalnya ketua Mao.


Sebenarnya China sempat melakukan reformasi saat Mao masih ada. Hanya saja Mao tak memegang kendali pemerintahan, dia memimpin PKC. Sedangkan RRC dijalankan oleh Liu Shaoqi. Selama pemerintahan Liu lah timbul revolusi kebudayaan China tahun 1966. Liu Shaoqi dipandang Mao terlalu melunak. Pola ekonomi yang dijalankan Liu condong liberal-kapitalis. Program-progamnya dianggap telah menyimpang dari nilai-nilai dan ajaran sosialis. Terjadilah perseteruan antara Mao dengan Liu. Para pengikut Mao melakukan pemberontakan. Istri Mao yaitu Jiang Qing merupakan penggerak revolusi tersebut.

Tahun 1976, Mao meninggal. Deng Xiapoing, seorang pengikut setia Mao tampil. Sebenarnya terdapat perbedaan pandangan antara Deng dengan Mao selama revolusi kebudayaan berjalan. Tetapi Deng tak mau memperlihatkan diri. Meskpin timbul gejolak dan berbagai pemberontakan setelah Mao tiada, Deng dengan gayanya bisa membenahi China. Reformasi di segala bidang pun dimulai olehnya. Seiring berjalannya waktu, China menjadi naga yang terus menyemburkan apinya. Jepang sebagai negara tetangganya dan tak menyukai China juga kena semprot api naga China.

China sering kali menjadi sorotan. Mata dunia terbelalak mengarah ke China. China kini sudah bisa berlari kencang, ekonomi tumbuh cepat, pertahana militer China menjadi kuat. Dua bidang itulah yang kini menjadi sorotan dunia terutama dari Amerika, Eropa, dan dua tetangganya yaitu Jepang-Korea Selatan.

Negara-negara di Asia terheran-heran dengan kemajuan China yang begitu pesat. China yang dulunya senasib kini jauh meninggalkan mereka. Negara dengan wilayah yang begitu luas (9640821 km²) dan berpenduduk padat (1,3 miliar jiwa) itu kini tengah membuat dunia repot dan geger. China banyak musuhnya. Negara yang memusuhinya bukan negara biasa, tapi negara yang menjadi kekuatan dunia.

Jika kita melihat hubungan China dengan banyak negara nampak bagus. Hubungan dagang dengan Amerika dan Eropa makin berjalan. Membanjirnya produk-produk China di berbagai negara juga Amerika dan Eropa bisa dipastikan, hubungannya baik. Perusahaan-perusahaan China yang beroperasi di negara maju juga memberikan keuntungan ekonomi bagi mereka. Jepang juga dapat menjalin kerjasama dengan China yang saling menguntungkan. Apalagi beberapa bahan teknologi dari China sangat diandalkan Jepang. Begitupula hubungan China dengan negara musuh Amerika seperti Korea Utara dan Iran. Ternyata China tak peduli dengan hal semacam itu. Selama menguntungkan ekonominya, China terbuka dengan negara mana saja. Tak peduli ideologi macam apa yang dipegang. Selebihnya di Bagian 2.

1 komentar:

  1. Thanks for speaking about the dangers posed by the Red Dragon.

    BalasHapus